Berlari Ke Hutan Taman Nasional Bukit Tigapuluh



Berlari Ke Hutan Taman Nasional Bukit Tigapuluh
The image is Pixabay property

Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) merupakan taman nasional yang terletak di perbatasan antara Propinsi Riau dan Propinsi Jambi. Dilihat dari jenisnya, TNBT adalah kawasan hutan tropis dataran rendah dengan ekosistem asli yang masih tersisa di Pulau Sumatra. Semula, kawasan TNBT merupakan hutan lindung dan hutan produksi terbatas. Meskipun demikian, kondisi hutan dan kekayaan flora dan faunanya relatif masih terjaga.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 607/Kpts-II/2002 tanggal 21 Juni 2002, luas keseluruhan taman nasional ini adalah 144.223 hektar, yang didominasi oleh kawasan perbukitan yang berjajar rapi di bagian timur Pulau Sumatra. Oleh WWF (World Wildlife Fund), TNBT dianggap sebagai kawasan yang memiliki keragaman flora dan fauna yang paling tinggi di Pulau Sumatra. Dengan potensinya tersebut, Departemen Kehutanan RI menetapkan taman nasional ini sebagai kawasan konservasi bagi flora dan fauna langka. Selain itu, TNBT juga berfungsi sebagai pengendali hidrologi bagi Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Indragiri dan Batanghari.

Taman Nasional Bukit Tigapuluh menyimpan kekayaan flora dan fauna yang luar biasa. Di dalamnya terdapat sekitar 660 spesies tumbuh-tumbuhan, 246 di antaranya adalah tumbuhan obat-obatan yang sering dimanfaatkan oleh penduduk setempat. Sebanyak 550 spesies merupakan spesies langka yang sudah didata, dikumpulkan, dan dipelihara. Adapun jenis spesies langka tersebut di antaranya adalah cendawan muka rimau (rafflessia hasselti), jernang (daemonorops draco),pulai (alstonia scholaris), getah merah (palaguyum sopi), jelutung (dyeracosculata),dan lain-lain.

Selain itu, di kawasan taman nasional ini juga terdapat pohon nibung (oncosperma tigilarium), sejenis palem liar, mirip pohon pinang, yang secara spesifik tergolong dari suku palmae. Pohon ini tumbuh secara berumpun, berbatang lurus, yang memiliki ketinggian mencapai 20—30 meter. Habitat tumbuhan jenis ini adalah di hutan-hutan pantai, air payau, dan berkembang secara alami. Bagi masyarakat Riau, pohon nibung memiliki makna tersendiri, yaitu sebagai simbol semangat persatuan dan persaudaraan masyarakat Riau. Oleh Pemerintah Propinsi Riau, pohon ini kemudian dijadikan sebagai maskot Propinsi Riau.

Dilihat dari kekayaan faunanya, TNBT memiliki kurang lebih 59 spesies mamalia, 8 di antaranya adalah jenis primata. TNBT adalah habitat alami bagi harimau sumatra (patheratigris sumatraensis), gajah sumatra (elephus maximus), macan dahan (neofelix nebulasa), serta tapir melayu (tapirus indicus). Sedangkan hewan dari jenis primata yang masih mudah dijumpai di kawasan taman nasional ini adalah siamang (hylobates sydactylus), lutung (presbytis cristata), dan kera jambul (presbytis melalophus) yang memiliki tingkah laku aneh, yaitu sering mengeluarkan suara keras menjerit-jerit sambil bergelantungan dari pohon ke pohon berkejar-kejaran dengan sejenisnya.

Lebatnya pepohonan di kawasan TNBT juga merupakan habitat yang cocok bagi berbagai jenis burung. Beberapa jenis burung yang masih sering dijumpai adalah burung rangkong perut (antharacoceros convexus), elang (spizateus nanus), burung raja udang, dan burung serindit (loriculus galgolus). Di antara burung-burung tersebut, barangkali yang paling unik dan susah dijumpai di tempat-tempat lain adalah burung serindit. Burung yang terbilang mungil dengan panjang tubuh sekitar 12 cm ini memiliki bulu berwarna-warni yang sangat indah. 

Bulu kepalanya berwarna hijau terang, dan di atas kepala terdapat jambul berwarna biru. Burung ini memiliki bentuk paruh melengkung dan berwarna hitam pekat. Burung yang memiliki mata bulat berwarna kuning ini adalah burung hutan, yang hidup berkelompok dan berpasang-pasangan. Bagi masyarakat Riau, burung yang sangat lincah dan berani ini adalah lambang dari sifat positif, seperti kebijaksanaan, keberanian, kesetiaan, kerendahan hati, dan kearifan. Untuk itu, burung ini juga ditetapkan sebagai maskot Propinsi Riau, selain pohon nibung. 

Keistimewaan lainnya dari kawasan TNBT adalah sebagai tempat tinggal Suku Talang Mamak dan Suku Kubu, dua suku yang dianggap sebagai keturunan ras Proto-Melayu. Menurut data yang dikeluarkan Pemerintah Propinsi Riau pada tahun 2001, jumlah orang Talang Mamak terbilang sangat sedikit, yaitu hanya 164 jiwa, yang tersebar di dusun-dusun seperti Rantaulangsat, Airbaubau, Nanusan, dan Siamang. Sedangkan jumlah Suku Kubu sampai saat ini belum diketahui secara pasti, karena hidupnya yang berpindah-pindah dan berpencar-pencar.

Kehidupan suku-suku asli di kawasan TNBT merupakan daya tarik pariwisata tersendiri. Suku-suku tersebut merupakan fenomena eko-budaya yang menarik untuk dipelajari, terutama bagaimana cara mereka berinteraksi dengan alam. Suku-suku tersebut sangat tergantung dengan hutan, sehingga hutan bagi mereka adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka. Dilihat dari cara mereka berinteraksi dengan alam, suku-suku asli tersebut sangat ramah terhadap ekosistem hutan.

Mereka tidak eksploitatif terhadap sumber daya hutan, dan tahu persis kapan saat yang tepat untuk memanfaatkan hasil hutan, seperti memetik buah, mengambil rotan, dan memanen madu. Untuk membuka lahan baru, mereka juga tidak sembarangan menebang pohon di hutan. Ada pohon-pohon tertentu yang tidak boleh ditebang, dan ada tata-cara tersendiri untuk menebangnya. Kearifan tersebut telah diwariskan secara turun-temurun.

Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh terletak di dua propinsi, yaitu Propinsi Riau dan Propinsi Jambi. Kawasan yang tercakup dalam Propinsi Riau terdapat di Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Indragiri Hilir. Sedangkan kawasan yang tercakup dalam Propinsi Jambi terletak di Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Untuk menuju lokasi Taman Nasional Bukit Tigapuluh, anda dapat memulai perjalanan dari arah Pekanbaru, Propinsi Riau. Dari Pekanbaru, anda dapat menggunakan rute Pakanbaru––Siberida, yang berjarak sekitar 285 km, atau memakan waktu kurang lebih 4 jam, dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun sarana transportasi umum (bus). Dari Siberida, anda dapat langsung menuju lokasi TNBT baik menggunakan kendaraan pribadi maupun dengan mobil sewaan.

Di taman nasional ini, tersedia fasilitas dan sarana akomodasi seperti pusat informasi, wisma tamu, WC umum, shelter, sarana peribadatan (mushola), warung makan, dan lain-lain. Selain itu, di taman nasional ini juga terdapat tenaga pemandu yang akan membantu anda mengeksplorasi lebih jauh keistimewaan taman nasional ini.


Penulis: Wisata Sumatera 
Lihat artikel menarik lainnya dalam https://wisatasumatera.wordpress.com


No comments:

Post a Comment